Tek dan Surplus Perdagangan, Indonesia hingga IndiKompak Antre Beli Migas AS

Berikut adalah artikel mengenai Tek dan Surplus Perdagangan Indonesia hingga upaya bersama dengan India dalam pembelian migas AS untuk menekan surplus perdagangan:

Indonesia mencatat surplus spaceman perdagangan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir, termasuk pada 2024 dan awal 2025. Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, Indonesia berhasil mencatat surplus perdagangan sebesar USD 31,04 miliar, yang merupakan kelanjutan tren surplus selama lima tahun berturut-turut sejak 20201. Surplus ini terutama didorong oleh surplus perdagangan nonmigas sebesar USD 51,44 miliar, meskipun sektor migas masih mencatat defisit sebesar USD 20,40 miliar1.

Surplus perdagangan Indonesia tidak hanya terjadi secara keseluruhan, tetapi juga secara khusus dengan beberapa mitra dagang utama. Amerika Serikat menjadi negara penyumbang surplus terbesar dengan nilai mencapai USD 16,84 miliar, diikuti oleh India sebesar USD 15,39 miliar, Filipina, Malaysia, dan Jepang1. Pada kuartal pertama 2025, surplus perdagangan Indonesia dengan AS tercatat sebesar USD 4,32 miliar, meningkat dari USD 3,61 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya9. Surplus ini didominasi oleh perdagangan nonmigas, sementara sektor migas masih mengalami defisit dengan AS9.

Tren surplus perdagangan ini juga tercermin dalam data neraca perdagangan bulanan. Pada Februari 2025, Indonesia mencatat surplus sebesar USD 3,12 miliar, didorong oleh ekspor yang meningkat dan impor yang relatif terkendali25. Surplus berlanjut pada Maret 2025 dengan nilai mencapai USD 4,33 miliar, dengan surplus nonmigas sebesar USD 6 miliar dan defisit migas sebesar USD 1,67 miliar4. Secara kumulatif, surplus perdagangan Indonesia sepanjang Januari hingga Maret 2025 mencapai USD 10,92 miliar4.

Namun, surplus perdagangan yang besar dengan AS juga menimbulkan tantangan tersendiri. Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump pernah mengenakan tarif impor yang berdampak pada hubungan dagang, khususnya bagi negara-negara dengan surplus besar terhadap AS. Untuk mengurangi ketegangan ini dan menekan surplus perdagangan, beberapa negara Asia, termasuk Indonesia dan India, berupaya meningkatkan pembelian minyak dan gas (migas) dari Amerika Serikat68.

Indonesia, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berencana mengusulkan peningkatan impor minyak mentah dan gas minyak cair (LPG) dari AS hingga sekitar USD 10 miliar sebagai bagian dari negosiasi tarif perdagangan68. Langkah ini diharapkan dapat membantu menyeimbangkan neraca perdagangan dan mengurangi beban tarif impor dari AS. Selain Indonesia, India juga menunjukkan komitmen serupa untuk meningkatkan pembelian migas AS demi meredam surplus perdagangan yang besar6.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi diplomasi ekonomi yang menggabungkan peningkatan perdagangan energi untuk mencapai hubungan dagang yang lebih seimbang dan mengurangi potensi konflik tarif. Dengan meningkatkan impor migas dari AS, Indonesia dan India berharap dapat memperkuat hubungan bilateral sekaligus menjaga kelangsungan surplus perdagangan yang sehat tanpa menimbulkan tekanan dari kebijakan tarif AS.

Secara keseluruhan, kondisi surplus perdagangan Indonesia yang kuat, terutama dalam sektor nonmigas, menunjukkan daya saing ekspor yang baik dan diversifikasi komoditas ekspor yang berhasil. Namun, defisit di sektor migas menjadi perhatian yang perlu diatasi melalui peningkatan impor migas dari mitra dagang strategis seperti AS. Kolaborasi regional dengan negara-negara seperti India dalam pembelian migas AS menandai langkah pragmatis dalam mengelola surplus perdagangan dan hubungan dagang internasional yang kompleks.

Artikel ini menggambarkan gambaran surplus perdagangan Indonesia terkini, peran AS dan India dalam dinamika perdagangan migas, serta strategi Indonesia untuk mengelola surplus perdagangan dan hubungan dagang dengan AS melalui peningkatan impor migas. Semua data dan fakta diambil dari laporan resmi dan berita terkini sepanjang tahun 2024 hingga April 2025.